sial

Lucu; adalah satu hal yang buat aku betah berlama-lama berada di dekatmu. Seperti sabtu sore kemarin, saat aku duduk dibelakangmu yang sedang menghindari kemacetan akhir minggu. Dalam perjalanan menuju sebuah cafĂ©, aku melihat sepasang suami istri pemulung yang sedang berjalan entah kemana sambil bergandengan tangan, saling menjaga. Seperti biasa, rasa empatiku seketika muncul. Sambil memelukmu, aku berkata: 

”lihat deh Yang...mereka hebat ya? Walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan, mereka masih setia menjaga satu sama lain. ”
”iya” 
”kok tega sih anak-anaknya ngebiarin orang tuanya kerja seperti itu??”
”iya”
”eh, kamu tau ga?? Ada juga pasangan pemulung di seputaran Univeritas A? Anaknya sekarang di universitas yang sama!!”
”Wah, hebat!! Mudah-mudahan anaknya bisa naikin derajat kedua orang tuanya ya?!” (dengan wajah polos atau mungkin ”bodoh” dan tanpa curiga).
”naikin derajat apaan??!! Lah wong anaknya juga mulung kok disana!!!hwahahahahaha!!!” (tertawa terbahak-bahak setengah berteriak).

Aaaaarrrgghhhhh....

---
Sial!! Kena lagi ditipu sama dia. Awas yak!!

my fat brother

Baru saja adikku menelepon, dengan hebohnya dia bercerita tentang keinginannya untuk membeli sepeda dari uang tabungan sekolahnya sendiri. Rindu rasanya mendengar celoteh si gendut itu. Dia memang sangat polos, tapi berpikiran dewasa. 

Ada saja celotehannya yang bisa membuat aku tergelak atau bahkan diam tanpa kata. Jika sudah seperti itu, aku hanya bisa mengaku kalah padanya. Seperti ketika kemarin kita berbincang, seperti biasa sebagai seorang kakak yang baik tidak lupa untuk menggoda adiknya yang lugu. Dengan cuek aku bertanya tentang berat badannya. 

”naik berapa kilo kamu??”
”umm, sedikit kok...sekarang beratku jadi 52 kilo”
”hah?!!gila...mau jadi sebesar apa sih kamu??badak??ato gajah??, hei...jangan gendut-gendut donk, nanti gada yang naksir lo!!”
(dengan santainya dia menjawab)
”aahh, tenang aja...pasti nanti juga ada yg s
uka. Buktinya, kamu juga suka sama si Aa perut gendut itu kan??”
(merasa mau atas kekalahan telak, aku hanya bisa berkata..)

”sial...pintar banget kamu ngomongnya!!”

---
Kalau saja dia ada disamping aku, pasti sudah kujewer kuping mungilnya itu, kutarik dia kedalam kamar dan kubanting ke atas kasur. Pasti habis dia kubuat geli sampai menangis, hihihi.


mantra

[“Sayang, udah donk ngerokoknya…aku ngerti klo sekarang kita lagi hang-out sama temen-temen, tapi ga berarti juga benda itu kamu bakar terus-terusan kan???”
“Sayang!!, kok ga nurutin apa yang aku bilang sih??”
”Sayang!!!! (cubitan kecil mendarat di perut buncitnya)”]  


Semalam aku terus merengek padanya tuk berhenti merokok. Tapi memang sudah jadi harga mati baginya jika sedang kumpul-kumpul dengan teman-teman, beberapa batang rokok wajib dihisap, ”obat pergaulan” katanya. Mataku yang terbuka lebar alisa melotot ganas padanya pun tak dihiraukan. 

Ahhh, capek juga larang seorang pria tuk berhenti merokok. Semua upaya sudah dilakukan. Segala macam jenis ancaman hingga cubitan maut sudah aku lakukan, tapi toh tidak ada efek jera baginya. Malah, dia semakin leluasa merokok karena didukung kakak aku sendiri untuk merokok dengan lagi-lagi membakar lintingan daun tembakau itu dihadapan dia. Aaarrgghhh....

Saking pasrahnya, akupun melakukan serangan terakhir. Duduk manis sambil menatap matanya dan dengan lembut membelai rambutnya yang sedikit acak-acakan akupun merapal mantra:

”Sayang...berhenti ngerokoknya ya??Aku sayang sama kamu...aku ga mau kamu sakit. Kamu tahu, satu batang rokok bisa mengurangi 11 menit waktu kamu sama aku., dan aku bakal ngelakuin apa aja asal hal itu ga terjadi. I love you...”

Dia terkejut sesaat setelah aku merapal mantra padanya. Dia hanya bisa terdiam dan akhirnya menuruti apa yang aku katakan. 

---
Sayang, apa yang aku katakan semalam sama sekali bukan sebuah mantra yang aku dapat dari seorang dukun cinta. Itu adalah apa yang aku rasakan dan memang benar adanya.